Senin, 08 April 2013

PREDIKSI SOAL - SOAL TEST CPNS KATEGORI 2 TAHUN 2013

bagi teman - teman honorer yang masuk DAFTAR NOMINATIF DATA BASE HONORER K2 TAHUN 2013 saya mentbantu memberikan suplemen dan prediksi soal - soal persiapan test CPNS K2 tahun 2013 silakan klik pada link / web ini http://www.cpnsonline.com/?id=CPNSsiap dijamin anda BISA dan siap dalam menghadapi test CPNS kategori 2

Senin, 28 Januari 2013

ICT UNTUK BERSAMA BERINOVATIF

ICT Pada Dunia Pendidikan
I.       Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi

               Pendidikan berbasis TIK adalah suatu sistem pendidikan dimana proses belajar-mengajar berlangsung dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Dalam sistem ini interaksi antara pengajar dan peserta didik tidak harus saling bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pembelajaran konvensional, namun mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet) dengan memanfaatkan suatu media yang disebut komputer. Dalam konteks pembelajaran berbasis TIK ini terjadi pergeseran pola interaksi antara guru dan siswa, dimana pada pembelajaran konvensional guru berperan sebagai sumber belajar yang berkewajiban mentransfer pengetahuan, sedangkan pada pembelajaran berbasis TIK guru berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi peserta didiknya. Hal-hal fisik menyangkut materi pembelajaran, buku, dalam sistem pembelajaran konvensional, pada pendidikan berbasis TIK berubah menjadi bentuk informasi digital. Dengan perubahan tersebut, maka mereka tidak harus bertatap muka secara fisik, maka cara mengajar guru dan cara belajar peserta didik juga harus berubah. Pendidikan berbasis TIK akan mengubah perilaku guru dan peserta didik dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar. Guru dan peserta didik harus sama-sama menguasai instrumen teknologi informasi yang digunakan didalam pembelajaran sehingga proses belajar mengajar dapat berlangsung.

               Mencermati difinisi di atas, maka tantangan dalam implementasi pembelajaran berbasis TIK akan terasa sangat berat. Disamping karena harus mengubah cara maupun proses belajar mengajar guru dan peserta didik, investasi berupa penyediaan insfrastruktur TIK yang memadai juga menjadi masalah tersendiri. Atas kondisi tersebut maka pendidikan berbasis TIK kemudian mengambil bentuk-bentuk yang lebih sederhana untuk mengurangi beban prasyarat implementasi pendidikan berbasis TIK tersebut, seperti menggunakan jaringan intranet (intranet adalah jaringan komputer lokal yang merupakan bentuk miniatur dari internet) dan menggunakan media CD-ROM. Proses pembelajaran pada jaringan lokal intranet memiliki karakteristik hampir sama dengan proses pembelajaran pada jaringan internet, hanya saja dilakukan dalam satu ruangan atau dalam satu gedung atau dalam area yang terbatas. Pada sistem berbasis CD-ROM, materi pembelajaran dibawa oleh murid dalam bentuk CD-ROM, kemudian dipelajari pada komputer masing-masing.

               Satu hal yang harus diingat, apapun bentuk yang diambil dari pendidikan berbasis TIK, harus tetap mengacu pada tujuan utama yakni memperbaiki secara signifikan kualitas belajar dan pembelajaran dan juga meningkatkan literasi teknologi informasi.

           

II.          Model Sistem Pembelajaran Berbasis TIK

               Ada 2 model sistem pembelajaran berbasis TIK, yaitu pembelajaran yang tidak sinkron (Asynchronous learning) dan pembelajaran yang sinkron (Synchronous learning).


A.    Pembelajaran Tidak Sinkron

               Pada model tidak sinkron, proses pembelajaran berlangsung dimana antara pengajar dan peserta pembelajaran dilakukan pada waktu yang berbeda. Seorang peserta dapat mengambil materi pembelajaran pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan materi pembelajaran.

Untuk saat ini, pembelajaran tidak sinkron lebih banyak digunakan, karena: pertama, peserta tidak harus terikat dengan waktu, peserta dapat mengambil materi pembelajaran kapan dan dimana saja, kedua, relatif lebih mudah dan lebih sederhana dalam implementasinya, dan terakhir, dari kebutuhan sumber daya terutama infrastruktur internet relatif lebih murah. Kekurangan model pembelajaran ini adalah interaksi dua arah yang bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran tidak dapat diselenggarakan, namun demikian, meski tidak bersifat real time, model pembelajaran ini dapat dilengkapi dengan fasilitas forum, untuk menjaga interaktifitas antara peserta didik dan pengajar, atau antara peserta didik dengan peserta didik lainnya, dalam mendiskusikan  berbagai topik materi pembelajaran.


B.     Pembelajaran Sinkron

               Pada model sinkron, proses pembelajaran dilakukan secara bersamaan, terjadi interaksi dua arah antara pengajar dan peserta pembelajaran. Model ini mirip dengan proses pembelajaran konvensional di kelas, oleh karena itu model pembelajaran sinkron sering disebut virtual classroom. Interaksi dua arah yang bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi teleconference dan chatting.

               Sesungguhnya model pembelajaran sinkron pada internet adalah bentuk paling ideal dari pendidikan berbasis TIK, karena dengan model ini seorang pengajar bisa menjelaskan materi pembelajaran dengan peserta didik yang tersebar di seluruh dunia. Akan tetapi model ini membutuhkan sumber daya yang sangat besar, terutama penyediaan infrastruktur internet dengan bandwidth berkapasitas tinggi. Namun demikian keterbatasan tersebut untuk saat ini dapat diatasi dengan memanfaatkan jaringan lokal intranet sebagai alternatif pilihan


III.       Media Pembelajaran Berbasis TIK

               Pada pembelajaran berbasis TIK tdak dapat dipisahkan dari peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai media dalam pembelajaran. Beberapa media yang dapat digunakan dalam pembelajaran berbasis TIK, adalah:


a. Internet

Internet adalah media sesungguhnya dalam pendidikan berbasis TIK, karena dari perkembangan internet kemudian muncul model-model e-learning, distance learning, web base learning, dan istilah pendidikan berbasis TIK lainnya. Internet merupakan jaringan komputer global yang mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui. Sudah seharusnya dalam penerapan pendidikan berbasis TIK tersedia akses internet. Namun demikian untuk menunjang pelaksanaan program pembelajaran berbasis TIK ini perlu disiapkan sumber daya manusia melalui program pelatihan e-learning.

b. Intranet

Intranet menjadi alternatif penting sebagai media pendidikan berbasis TIK, ketika terjadi kendala dalam penyediaan infrastruktur internet. Karakteristik intranet hampir sama dengan internet, hanya saja untuk area lokal saja (dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau antar gedung). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan mudah dan lebih murah dijalankan pada intranet.


c. Mobile Phone / Handphone

Pembelajaran berbasis TIK juga dapat dilakukan dengan menggunakan media telpon seluler (handphone), karena kemajuan teknologi telpon seluler maka seseorang bisa mengakses materi pembelajaran, mengikuti proses pembelajaran melalui telpon seluler. Pembelajaran dengan berbasis telepon seluler populer disebut M-learning (mobile-learning). Dengan model m-learning, maka pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan kapan sana dengan mudah dan praktis karena media yang digunakan sangat mobile.


d. CD-ROM/Flash Disk

Media CD-ROM atau flash disk dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan internet/intranet tidak tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media CD-ROM atau Flash Disk, kemudian dibuka dan dipelajari pada suatu komputer. Pemanfaatan media CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TIK yang paling sederhana dan paling murah.


IV. Komponen Utama dalam Pembelajaran Berbasis TIK

               Ada 2 komponen utama dalam pembelajaran berbasis TIK, yaitu Learning Management System (LMS), dan Learning Content (LC).


A.    Learning Management System (LMS)


               LMS merupakan suatu sistem komputer yang dapat diibaratkan sebagai staff administrasi yang akan mengatur penyelenggaraan proses pembelajaran.

Berikut adalah beberapa fungsi dari LMS:

a.       Mengelola materi pembelajaran

Setiap mata pelajaran akan memiliki materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan kelas (seperti kelas 1, 2, 3) dan juga semester. Pada setiap semester, materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan pertemuan pertama, kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap materi pembelajaran kemudian dapat mengalami perubahan atas dasar pergantian kurikulum.

b.      Registrasi dan Persetujuan

Fungsi ini bermanfaat dalam membatasi mereka yang berhak mengikuti pelajaran dengan mereka yang tidak berhak. Hal ini disebabkan bahwa setiap pelajaran memiliki struktur dan tingkatan, dan untuk mempelajarinya perlu prasyarat. Untuk itulah pentingnya registrasi dan persetujuan.

c.       Merekam aktifitas belajar mengajar

Peran ini untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seperti: berapa lama, kapan mulai, kapan berakhir proses belajar mengajar (mengakses materi pembelajaran), siapa saja yang hadir, proses diskusi (tanya jawab) yang terjadi, dan memberikan peringatan kepada peserta. Hal ini penting untuk penilaian proses pembelajaran.

d.      Melakukan evaluasi

Merupakan fungsi LMS untuk melakukan evaluasi terhadap proses belajar mengajar menyangkut: mengukur kemajuan peserta antara sebelum melakukan pembelajaran dengan sesudah pembelajaran, mengukur seberapa jauh pemahaman peserta terhadap materi, dan atas dasar hasil evaluasi kemudian memberikan saran ke peserta untuk mengulang kembali beberapa materi pembelajaran yang dianggap kurang. Aspek evaluasi lain yang bisa dilakukan adalah mengukur kepuasan atau persepsi peserta terhadap materi pembelajaran terutama dalam hal penyajian materi.

e.  Media komunikasi

LMS dapat menjadi media komunikasi, menyampaikan pengumuman, meningkatkan interaktifitas antara pengajar, peserta didik, dan pihak administrator.

f.       Pelaporan

Merupakan muara akhir dari fungsi-fungsi LMS di atas yaitu untuk pembuatan pelaporan otomatis dan transparan menyangkut hasil dan proses belajar mengajar. Pembuatan laporan dapat dibuat berdasarkan hak-hak akses dari komponen sekolah. Sebagai contoh pelaporan untuk pimpinan (pihak atasan), pengajar, peserta didik bahkan mungkin orang tua dapat mengakses dengan fasilitas yang berbeda-beda.


B.     Learning Content

               Learning content adalah materi pembelajaran itu sendiri, yang akan disajikan kepada peserta didik. Isi materi harus dibuat oleh mereka yang punya kompetensi dibidangnya dalam hal ini adalah guru mata pelajaran, tidak peduli apakah mereka memahami banyak tentang TI atau tidak. Setelah isi materi selesai dibuat baru kemudian dibuatkan versi elektroniknya oleh para pengembang content (content developers) sehingga bisa dimasukkan ke LMS.

               Penyajian content harus mengandung daya tarik sehingga peserta memiliki minat untuk membaca (mempelajari), mengandung unsur-unsur animasi, suara, video, interaktif, dan simulasi, namun demikian harus tetap memperhatikan bandwidth dari internet atau intranet sehingga tidak terlalu lambat tampil saat dipelajari oleh peserta. Dalam mempelajari materi, peserta harus memiliki kontrol terhadap penyajian materi, dapat melompat dari satu topik ke topik yang lainnya. Fasilitas forum, chatting, dan video conference dapat digunakan untuk menjaga interaktifitas.


V.          Virtual Laboratory

               Virtual lab merupakan salah satu learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas experiments seperti halnya mereka melakukan experiments di laboratorium sebenarnya. Ada 2 komponen penting dalam virtual lab, yaitu: simulasi dan animasi. Simulasi bertujuan menggambarkan lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi peserta dapat melakukan percobaan dengan cara penggantian nilai parameter-parameter, sehingga menimbulkan perilaku berbeda terhadap percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku berbeda tersebut kemudian ditampilkan melalui animasi. Hasil-hasil percobaan juga secara otomatis dapat direkam oleh sistem dan pada akhirnya dapat diambil sebagai pelaporan.

               Virtual lab paling ideal dijalankan di internet, sehingga peserta dapat melakukan percobaan darimana dan kapan saja. Namun demikian dapat juga dijalankan dalam lingkungan intranet atau komputer standalone. Dengan  virtual lab gedung maupun alat lab fisik diubah menjadi komputer dan piranti lunak virtual lab.


VI.       Strategi Pengembangan Pendidikan Berbasis TIK

               Pada bagian ini, penulis mencoba untuk memberikan pandangan sebagai suatu strategi dalam pengembangan pendidikan berbasis TIK. Strategi menjadi suatu yang sangat penting disini agar pengembangan pendidikan berbasis TIK memiliki tahapan-tahapan yang jelas, terarah, dan terukur, sehingga investasi (anggaran) besar yang dihabiskan dalam penyelenggaraan pendidikan, dapat mencapai hasil yang optimal.

               Arah pengembangan pendidikan berbasis TIK harus tertuang dalam suatu grand design (blue print). Pada grand design tersebut setidak-tidaknya menyentuh atau mengatur secara jelas mengenai hal-hal berikut ini;


1.      Menentukan model pembelajaran berbasis TIK yang akan diselenggarakan.

Setidaknya ada 3 model pendidikan berbasis TIK yang dapat dikembangkan, yaitu: pertama, model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis internet, kedua, model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis intranet, dan terakhir, model pembelajaran tidak sinkron dengan memanfaatkan CD-ROM/Flash Disk. Model-model tersebut dibuat atas dasar ketersediaan anggaran dan kesiapan sekolah dalam melakukan pembelajaran berbasis TIK.


2.      Merancang suatu skenario berjenjang atau bertahap dalam menerapkan pendidikan berbasis TIK. 

Sistem pendidikan ini tidak mungkin diterapkan secara serempak pada seluruh sekolah, mengingat jumlah sekolah sangat banyak. Meski demikian, harus ada suatu perencanaan dalam jangka waktu berapa tahun seluruh sekolah akan terjangkau oleh sistem pendidikan ini. Skenario berjenjang yang dimaksud disini adalah bertahap dalam hal jumlah sekolah dan berjenjang dalam menerapkan model pendidikan yang digunakan. Dalam skenario berjenjang terdapat hal-hal berikut yang harus diatur.


a.       Skenario Bertahap dalam Pemilihan Sekolah

                        Karena penerapan pendidikan berbasis TIK tidak dapat secara serempak dilakukan untuk seluruh sekolah, maka harus ada mekanisme seleksi yang jelas dan bersifat kompetisi, dalam memilih sekolah. Mekanisme ini penting karena: pertama, untuk mengetahui keseriusan dan kesiapan sekolah, kedua, untuk mengetahui model pembelajaran yang cocok untuk suatu sekolah. Mekanisme seleksi dapat dilakukan atas dasar proposal self evaluation (evaluasi diri)  dan atau proposal jenis lainnya dari sekolah. Proposal ini berguna untuk mengetahui kesiapan dan dukungan dari sekolah.      Setidak-tidaknya ada 4 dukungan yang dapat diberikan sekolah terhadap pengembangan pendidikan ini, yaitu: dukungan infrastruktur, dukungan pengembangan learning content, dukungan penyiapan tenaga administrator TIK disekolah, dan dukungan percepatan penguasaan TIK dikalangan pengajar (guru).      


b.      Skenario berjenjang dalam penerapan model pendidikan

            Sekolah-sekolah yang terpilih dalam mekanisme seleksi di atas, akan terkelompok ke dalam 3 model pendidikan (lihat poin 1 di atas). Kelompok model 1 memiliki jumlah sekolah paling sedikit, kelompok model 2 memiliki jumlah sekolah lebih banyak dari kelompok 1, dan kelompok model 3 memiliki jumlah sekolah paling banyak. Pada suatu periode tertentu (mungkin setiap 1 tahun) kelompok-kelompok tersebut dinilai (dievaluasi). Sekolah yang memiliki kemajuan dalam pendidikan berbasis TIK, kemudian diubah kelompokknya ke model yang lebih tinggi. 



3.      Pengembangan Fundamental Infrastructure. Komponen yang termasuk ke dalam infrastruktur mendasar, antara lain:


a.       Penyediaan media Internet/Intranet.

Permasalahan utama dalam penyediaan internet adalah memilih kanal komunikasi dan kapasistas bandwidth. Pemilihan ini sangat terkait dengan model pembelajaran yang diselenggarakan dan ketersediaan anggaran. Pembelajaran yang menggunakan tele-conference tentu membutuhkan kapasitas bandwidth yang lebih tinggi dan anggaran relatif besar. Untuk intranet, semasih jangkauan area jaringan masih dalam satu sekolah, media komunikasi dapat menggunakan sistem peng-kabel-an.


b.      Pengembangan LMS.

LMS adalah staf administrasi-nya sistem pembelajaran berbasis TI, yang akan mengelola jalannya proses belajar mengajar.  LMS cukup dikembangkan satu untuk semua sekolah karena karakteristiknya sama, sehingga LMS lebih tepat dikembangkan oleh pemerintah (instansi terkait) kemudian didistribusikan ke setiap sekolah.


c.       Pengembangan Learning Content dan Website Pembelajaran.

Learning content adalah isi materi pelajaran, sedangkan situs website pembelajaran adalah tempat mem-publish learning content di internet sehingga mudah terjangkau oleh sekolah-sekolah (sama dengan situs e-dukasi.net). Berbeda dengan materi pembelajaran konvensional yang mungkin perubahan kurikulumnya terjadi dalam waktu 5 tahun, materi pembelajaran pada pendidikan berbasis TIK harus selalu mengalami pengayaan dan pembaharuan, karena disini salah satu ciri khas pendidikan ini. Disamping dengan cara melakukan eksplorasi materi pembelajara di internet, Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk pengayaan dan pengembangan learning content adalah meng-organize para guru yang memiliki kompetensi di masing-masing bidang (mata pelajaran).


d.      Penyiapan tools atau aplikasi komunikasi untuk mendukung proses pembelajaran. Tools komunikasi melipui tools untuk tele-conference, chatting, dan forum.


4.      Pengembangan Virtual Laboratory.

Lab maya ini harus dikembangkan secara terus menerus baik dari segi kualitas dan kapasitas. Sengaja penulis menaruh virtual lab sebagai poin tersendiri disini (yang seharusnya bagian dari learning content), sebagai bentuk penekanan khusus. Keberadaan virtual lab sangat penting bagi sekolah-sekolah dan merupakan cara singkat membangun lab dengan biaya yang jauh relatif lebih murah. Hampir semua mata pelajaran dapat dibuatkan virtual lab-nya. Virtual lab dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif peserta terhadap materi pelajaran.


5.      Percepatan penguasaan TIK dikalangan pengajar (guru).

Para pengajar harus menguasai TIK minimal TIK yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Bila pengajar tidak menguasai TIK, hampir dipastikan pendidikan berbasis TIK tidak akan berjalan.


6.      Penyediaan Administrator TIK disekolah.

Administrator TIK disetiap sekolah sangat dibutuhkan untuk maintenance teknologi informasi di sekolah. Teknologi internet/intranet atau yang lainnya sewaktu-waktu dapat mengalami permasalahan. Disinilah tugas dari seorang administrator TIK.


7.      Merancang skenario Evaluasi.

Evaluasi pelaksanaan sistem pendidikan berbasis TIK harus jelas dan terukur. Evaluasi dapat dilakukan setidak-tidaknya dengan mengukur 2 hal berikut ini.

a.       Mengukur kepuasan peserta ajar terhadap interaksi dan cara penyajian dari komponen pembelajaran (LMS maupun materi pembelajaran)

b.      Mengukur hasil pembelajaran berdasarkan tingkat penyerapan peserta terhadap materi pembelajaran.

Evaluasi juga dapat mengukur tingkat penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap pengajar dan peserta ajar. Dari sini akan dapat diketahui pengaruh sistem pendidikan berbasis TIK terhadap tingkat literasi teknologi informasi dikalangan sekolah.


8.      Merancang skenario Evaluasi.

Evaluasi pelaksanaan sistem pendidikan berbasis TIK harus jelas dan terukur. Evaluasi dapat dilakukan setidak-tidaknya dengan mengukur 2 hal berikut ini.

    1. Mengukur kepuasan peserta ajar terhadap interaksi dan cara penyajian dari komponen pembelajaran (LMS maupun materi pembelajaran)
    2. Mengukur hasil pembelajaran berdasarkan tingkat penyerapan peserta terhadap materi pembelajaran.

Evaluasi juga dapat dilakukan untuk mengukur tingkat penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap pengajar dan peserta ajar. Dari sini akan dapat diketahui pengaruh sistem pendidikan berbasis TIK terhadap tingkat literasi teknologi informasi dikalangan sekolah.

Selain evaluasi yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di atas, evaluasi juga dapat dilakukan atas dasar dukungan-dukungan sekolah yang ditulis diproposal dengan kenyataan yang telah terrealisasi.


9.      Pembentukkan Divisi Pendidikan Berbasis TIK. Sebagai wujud keseriusan pemerintah dalam mengembangkan pendidikan berbasis TIK, maka pemerintah (instansi terkait) harus membentuk divisi pusat pengembangan pendidikan berbasis TIK atau devisi e-edukasi baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota.


VII.          Simpulan

               Pengembangan pendidikan berbasis TIK perlu menjadi pemikiran serius berbagai pihak, serta perlu strategi terstruktur dengan tahapan yang terarah pasti menuju kepada upaya peningkatan kualitas pendidikan yang berkesetaraan global sehingga pendidikan kita tidak semakin terpuruk di antara kemajuan pendidikan di dunia yang sudah berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi.

               Harus ada skenario berjenjang dalam penerapan model pendidikan berbasis TIK yang didasari atas kemampuan sekolah dalam menyerap dan mengimplementasikan teknologi informasi dan komunikasi.

               Perlu adanya regulasi pemerintah yang mendorong iklim sekolah, guru, karyawan, siswa agar mampu mengubah paradigma pembelajaran konvensional yang mutlak mengandalkan guru, menjadi pembelajaran modern yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan motivator belajar, dan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi sebagai sarana belajar.

               Secara bertahap sekolah yang terlibat dalam pendidikan berbasis TIK harus meningkat dalam pemanfaatan TIK untuk pembelajaran,

               Perlu komitmen kuat guru, sekolah yang kuat, yang dapat dilihat dari dukungan infrastruktur, dukungan learning content, dukungan percepatan penguasaan TIK dikalangan pengajar, dan dukungan staff administrator dari sekolah.

               Perlu dibentuk infrastruktur pendukung seperti divisi pusat pendidikan berbasis TIK, baik pada tingkat provinsi, kabupaten, serta administrator di sekolah, untuk mengorganisasikan penerapan sistem pendidikan berbasis TIK