bagi teman - teman honorer yang masuk DAFTAR NOMINATIF DATA BASE HONORER K2 TAHUN
2013 saya mentbantu memberikan suplemen dan prediksi soal - soal persiapan
test CPNS K2 tahun 2013 silakan klik pada link / web ini http://www.cpnsonline.com/?id=CPNSsiap dijamin anda BISA dan siap dalam menghadapi test CPNS kategori 2
ICT SMPN2TAROKAN
Senin, 08 April 2013
Senin, 28 Januari 2013
ICT UNTUK BERSAMA BERINOVATIF
I.
Pendidikan Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi
Pendidikan
berbasis TIK adalah suatu sistem pendidikan dimana proses belajar-mengajar
berlangsung dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Dalam sistem ini interaksi antara pengajar dan peserta didik tidak harus saling
bertatap muka (bertemu) secara fisik seperti halnya dalam sistem pembelajaran
konvensional, namun mereka bertemu dalam ruang teknologi informasi (internet)
dengan memanfaatkan suatu media yang disebut komputer. Dalam konteks
pembelajaran berbasis TIK ini terjadi pergeseran pola interaksi antara guru dan
siswa, dimana pada pembelajaran konvensional guru berperan sebagai sumber belajar
yang berkewajiban mentransfer pengetahuan, sedangkan pada pembelajaran berbasis
TIK guru berperan sebagai fasilitator dan motivator belajar bagi peserta
didiknya. Hal-hal fisik menyangkut materi pembelajaran, buku, dalam sistem
pembelajaran konvensional, pada pendidikan berbasis TIK berubah menjadi bentuk informasi
digital. Dengan perubahan tersebut, maka mereka tidak harus bertatap muka
secara fisik, maka cara mengajar guru dan cara belajar peserta didik juga harus
berubah. Pendidikan berbasis TIK akan mengubah perilaku guru dan peserta didik
dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar. Guru dan peserta didik harus sama-sama
menguasai instrumen teknologi informasi yang digunakan didalam pembelajaran sehingga
proses belajar mengajar dapat berlangsung.
Mencermati
difinisi di atas, maka tantangan dalam implementasi pembelajaran berbasis TIK akan
terasa sangat berat. Disamping karena harus mengubah cara maupun proses belajar
mengajar guru dan peserta didik, investasi berupa penyediaan insfrastruktur TIK
yang memadai juga menjadi masalah tersendiri. Atas kondisi tersebut maka pendidikan
berbasis TIK kemudian mengambil bentuk-bentuk yang lebih sederhana untuk
mengurangi beban prasyarat implementasi pendidikan berbasis TIK tersebut,
seperti menggunakan jaringan intranet (intranet adalah jaringan komputer lokal yang
merupakan bentuk miniatur dari internet) dan menggunakan media CD-ROM. Proses
pembelajaran pada jaringan lokal intranet memiliki karakteristik hampir sama
dengan proses pembelajaran pada jaringan internet, hanya saja dilakukan dalam
satu ruangan atau dalam satu gedung atau dalam area yang terbatas. Pada sistem
berbasis CD-ROM, materi pembelajaran dibawa oleh murid dalam bentuk CD-ROM,
kemudian dipelajari pada komputer masing-masing.
Satu
hal yang harus diingat, apapun bentuk yang diambil dari pendidikan berbasis TIK,
harus tetap mengacu pada tujuan utama yakni memperbaiki secara signifikan
kualitas belajar dan pembelajaran dan juga meningkatkan literasi teknologi
informasi.
II.
Model Sistem Pembelajaran Berbasis TIK
Ada
2 model sistem pembelajaran berbasis TIK, yaitu pembelajaran yang tidak sinkron
(Asynchronous learning) dan pembelajaran yang sinkron (Synchronous learning).
A.
Pembelajaran Tidak Sinkron
Pada model tidak sinkron, proses pembelajaran berlangsung dimana antara
pengajar dan peserta pembelajaran dilakukan pada waktu yang berbeda. Seorang peserta dapat mengambil materi
pembelajaran pada waktu yang berbeda dengan pengajar memberikan materi
pembelajaran.
Untuk saat ini, pembelajaran
tidak sinkron lebih banyak digunakan, karena: pertama, peserta tidak harus
terikat dengan waktu, peserta dapat mengambil materi pembelajaran kapan dan
dimana saja, kedua, relatif lebih mudah dan lebih sederhana dalam implementasinya,
dan terakhir, dari kebutuhan sumber daya terutama infrastruktur internet
relatif lebih murah. Kekurangan model pembelajaran ini adalah interaksi dua
arah yang bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran tidak
dapat diselenggarakan, namun demikian, meski tidak bersifat real time, model
pembelajaran ini dapat dilengkapi dengan fasilitas forum, untuk menjaga
interaktifitas antara peserta didik dan pengajar, atau antara peserta didik dengan
peserta didik lainnya, dalam mendiskusikan berbagai topik materi pembelajaran.
B.
Pembelajaran Sinkron
Pada model sinkron, proses pembelajaran dilakukan secara bersamaan, terjadi
interaksi dua arah antara pengajar dan peserta pembelajaran. Model ini mirip
dengan proses pembelajaran konvensional di kelas, oleh karena itu model
pembelajaran sinkron sering disebut virtual classroom. Interaksi dua arah yang
bersifat real time antara pengajar dan peserta pembelajaran dapat dilakukan
dengan menggunakan teknologi teleconference dan chatting.
Sesungguhnya
model pembelajaran sinkron pada internet adalah bentuk paling ideal dari
pendidikan berbasis TIK, karena dengan model ini seorang pengajar bisa
menjelaskan materi pembelajaran dengan peserta didik yang tersebar di seluruh
dunia. Akan tetapi model ini
membutuhkan sumber daya yang sangat besar, terutama penyediaan infrastruktur
internet dengan bandwidth berkapasitas tinggi. Namun demikian keterbatasan
tersebut untuk saat ini dapat diatasi dengan memanfaatkan jaringan lokal
intranet sebagai alternatif pilihan
III. Media Pembelajaran Berbasis TIK
Pada
pembelajaran berbasis TIK
tdak dapat dipisahkan dari peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
sebagai media dalam pembelajaran. Beberapa media yang dapat digunakan dalam
pembelajaran berbasis TIK, adalah:
a. Internet
Internet adalah media sesungguhnya dalam
pendidikan berbasis TIK, karena dari perkembangan internet kemudian muncul
model-model e-learning, distance learning, web base learning, dan istilah pendidikan
berbasis TIK lainnya. Internet merupakan jaringan komputer global yang
mempermudah, mempercepat akses dan distribusi informasi dan pengetahuan (materi
pembelajaran) sehingga materi dalam proses belajar mengajar selalu dapat diperbaharui.
Sudah seharusnya dalam penerapan
pendidikan berbasis TIK tersedia akses internet. Namun demikian untuk menunjang
pelaksanaan program pembelajaran berbasis TIK ini perlu disiapkan sumber daya
manusia melalui program pelatihan e-learning.
b. Intranet
Intranet menjadi alternatif penting
sebagai media pendidikan berbasis TIK, ketika terjadi kendala dalam penyediaan
infrastruktur internet. Karakteristik intranet hampir sama dengan internet,
hanya saja untuk area lokal saja (dalam suatu kelas, sekolah, gedung, atau
antar gedung). Model-model pembelajaran sinkron dan tidak sinkron dapat dengan
mudah dan lebih murah dijalankan pada intranet.
c. Mobile Phone / Handphone
Pembelajaran berbasis TIK juga
dapat dilakukan dengan menggunakan media telpon seluler (handphone), karena
kemajuan teknologi telpon seluler maka seseorang bisa mengakses materi
pembelajaran, mengikuti proses pembelajaran melalui telpon seluler. Pembelajaran
dengan berbasis telepon seluler populer disebut M-learning (mobile-learning).
Dengan model m-learning, maka pembelajaran dapat dilakukan di mana saja dan
kapan sana dengan mudah dan praktis karena media yang digunakan sangat mobile.
d. CD-ROM/Flash Disk
Media CD-ROM atau flash disk
dapat menjadi pilihan apabila koneksi jaringan internet/intranet tidak
tersedia. Materi pembelajaran disimpan dalam media CD-ROM atau Flash Disk,
kemudian dibuka dan dipelajari pada suatu komputer. Pemanfaatan media
CD-ROM/flash disk merupakan bentuk pembelajaran berbasis TIK yang paling
sederhana dan paling murah.
IV.
Komponen Utama dalam Pembelajaran Berbasis TIK
Ada
2 komponen utama dalam pembelajaran berbasis TIK, yaitu Learning Management
System (LMS), dan Learning Content (LC).
A.
Learning Management System (LMS)
LMS
merupakan suatu sistem komputer yang dapat diibaratkan sebagai staff
administrasi yang akan mengatur penyelenggaraan proses pembelajaran.
Berikut adalah beberapa fungsi dari LMS:
a.
Mengelola materi pembelajaran
Setiap mata pelajaran akan memiliki materi pembelajaran. Setiap materi pembelajaran akan dikelompokkan
berdasarkan kelas (seperti kelas 1, 2, 3) dan juga semester. Pada setiap
semester, materi pembelajaran akan dikelompokkan berdasarkan pertemuan pertama,
kedua, ketiga, dan seterusnya. Setiap materi pembelajaran kemudian dapat
mengalami perubahan atas dasar pergantian kurikulum.
b. Registrasi dan
Persetujuan
Fungsi ini bermanfaat dalam
membatasi mereka yang berhak mengikuti pelajaran dengan mereka yang tidak
berhak. Hal ini disebabkan bahwa setiap pelajaran memiliki struktur dan
tingkatan, dan untuk mempelajarinya perlu prasyarat. Untuk itulah pentingnya
registrasi dan persetujuan.
c. Merekam aktifitas
belajar mengajar
Peran ini untuk menjawab
pertanyaan-pertanyaan seperti: berapa lama, kapan mulai, kapan berakhir proses
belajar mengajar (mengakses materi pembelajaran), siapa saja yang hadir, proses
diskusi (tanya jawab) yang terjadi, dan memberikan peringatan kepada peserta. Hal
ini penting untuk penilaian proses pembelajaran.
d.
Melakukan evaluasi
Merupakan fungsi LMS untuk melakukan evaluasi terhadap proses belajar
mengajar menyangkut: mengukur kemajuan peserta antara sebelum melakukan
pembelajaran dengan sesudah pembelajaran, mengukur seberapa jauh pemahaman
peserta terhadap materi, dan atas dasar hasil evaluasi kemudian memberikan
saran ke peserta untuk mengulang kembali beberapa materi pembelajaran yang
dianggap kurang. Aspek evaluasi lain yang bisa dilakukan adalah mengukur
kepuasan atau persepsi peserta terhadap materi pembelajaran terutama dalam hal
penyajian materi.
e. Media komunikasi
LMS dapat menjadi media
komunikasi, menyampaikan pengumuman, meningkatkan interaktifitas antara
pengajar, peserta didik, dan pihak administrator.
f. Pelaporan
Merupakan muara akhir dari
fungsi-fungsi LMS di atas yaitu untuk pembuatan pelaporan otomatis dan
transparan menyangkut hasil dan proses belajar mengajar. Pembuatan laporan
dapat dibuat berdasarkan hak-hak akses dari komponen sekolah. Sebagai contoh
pelaporan untuk pimpinan (pihak atasan), pengajar, peserta didik bahkan mungkin
orang tua dapat mengakses dengan fasilitas yang berbeda-beda.
B. Learning Content
Learning content adalah materi
pembelajaran itu sendiri, yang akan disajikan kepada peserta didik. Isi materi
harus dibuat oleh mereka yang punya kompetensi dibidangnya dalam hal ini adalah
guru mata pelajaran, tidak peduli apakah mereka memahami banyak tentang TI atau
tidak. Setelah isi materi selesai dibuat baru kemudian dibuatkan versi
elektroniknya oleh para pengembang content (content developers) sehingga bisa
dimasukkan ke LMS.
Penyajian content harus
mengandung daya tarik sehingga peserta memiliki minat untuk membaca
(mempelajari), mengandung unsur-unsur animasi, suara, video, interaktif, dan
simulasi, namun demikian harus tetap memperhatikan bandwidth dari internet atau
intranet sehingga tidak terlalu lambat tampil saat dipelajari oleh peserta. Dalam
mempelajari materi, peserta harus memiliki kontrol terhadap penyajian materi,
dapat melompat dari satu topik ke topik yang lainnya. Fasilitas forum,
chatting, dan video conference dapat digunakan untuk menjaga interaktifitas.
V.
Virtual Laboratory
Virtual lab merupakan salah satu
learning content yang berwujud piranti lunak komputer yang dirancang agar
seseorang dapat melakukan aktifitas-aktifitas experiments seperti halnya mereka
melakukan experiments di laboratorium sebenarnya. Ada 2 komponen penting dalam
virtual lab, yaitu: simulasi dan animasi. Simulasi bertujuan menggambarkan
lingkungan nyata dalam suatu sistem. Melalui simulasi peserta dapat melakukan
percobaan dengan cara penggantian nilai parameter-parameter, sehingga
menimbulkan perilaku berbeda terhadap percobaan yang dilakukan. Perilaku-perilaku
berbeda tersebut kemudian ditampilkan melalui animasi. Hasil-hasil percobaan
juga secara otomatis dapat direkam oleh sistem dan pada akhirnya dapat diambil
sebagai pelaporan.
Virtual lab paling ideal dijalankan di internet, sehingga peserta dapat
melakukan percobaan darimana dan kapan saja. Namun demikian dapat juga dijalankan dalam
lingkungan intranet atau komputer standalone. Dengan virtual lab gedung maupun alat lab fisik
diubah menjadi komputer dan piranti lunak virtual lab.
VI.
Strategi Pengembangan Pendidikan Berbasis TIK
Pada
bagian ini, penulis mencoba untuk memberikan pandangan sebagai suatu strategi
dalam pengembangan pendidikan berbasis TIK. Strategi menjadi suatu yang sangat
penting disini agar pengembangan pendidikan berbasis TIK memiliki
tahapan-tahapan yang jelas, terarah, dan terukur, sehingga investasi (anggaran)
besar yang dihabiskan dalam penyelenggaraan pendidikan, dapat mencapai hasil
yang optimal.
Arah pengembangan pendidikan
berbasis TIK harus tertuang dalam suatu grand design (blue print). Pada grand
design tersebut setidak-tidaknya menyentuh atau mengatur secara jelas mengenai
hal-hal berikut ini;
1. Menentukan model
pembelajaran berbasis TIK yang akan diselenggarakan.
Setidaknya ada 3 model
pendidikan berbasis TIK yang dapat dikembangkan, yaitu: pertama, model
pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis internet, kedua, model
pembelajaran sinkron dan tidak sinkron berbasis intranet, dan terakhir, model
pembelajaran tidak sinkron dengan memanfaatkan CD-ROM/Flash Disk. Model-model
tersebut dibuat atas dasar ketersediaan anggaran dan kesiapan sekolah dalam
melakukan pembelajaran berbasis TIK.
2. Merancang suatu
skenario berjenjang atau bertahap dalam menerapkan pendidikan berbasis TIK.
Sistem pendidikan ini tidak mungkin diterapkan secara serempak
pada seluruh sekolah, mengingat jumlah sekolah sangat banyak. Meski demikian,
harus ada suatu perencanaan dalam jangka waktu berapa tahun seluruh sekolah
akan terjangkau oleh sistem pendidikan ini. Skenario berjenjang yang dimaksud
disini adalah bertahap dalam hal jumlah sekolah dan berjenjang dalam menerapkan
model pendidikan yang digunakan. Dalam skenario berjenjang terdapat hal-hal
berikut yang harus diatur.
a. Skenario Bertahap
dalam Pemilihan Sekolah
Karena penerapan pendidikan berbasis TIK tidak dapat
secara serempak dilakukan untuk seluruh sekolah, maka harus ada mekanisme
seleksi yang jelas dan bersifat kompetisi, dalam memilih sekolah. Mekanisme ini penting karena: pertama,
untuk mengetahui keseriusan dan kesiapan sekolah, kedua, untuk mengetahui model
pembelajaran yang cocok untuk suatu sekolah. Mekanisme seleksi dapat dilakukan atas
dasar proposal self evaluation (evaluasi diri) dan atau proposal jenis lainnya dari sekolah.
Proposal ini berguna untuk mengetahui kesiapan dan dukungan dari sekolah. Setidak-tidaknya ada 4 dukungan yang dapat
diberikan sekolah terhadap pengembangan pendidikan ini, yaitu: dukungan
infrastruktur, dukungan pengembangan learning content, dukungan penyiapan
tenaga administrator TIK disekolah, dan dukungan percepatan penguasaan TIK
dikalangan pengajar (guru).
b. Skenario berjenjang
dalam penerapan model pendidikan
Sekolah-sekolah yang terpilih dalam
mekanisme seleksi di atas, akan terkelompok ke dalam 3 model pendidikan (lihat
poin 1 di atas). Kelompok model 1 memiliki jumlah sekolah paling sedikit,
kelompok model 2 memiliki jumlah sekolah lebih banyak dari kelompok 1, dan
kelompok model 3 memiliki jumlah sekolah paling banyak. Pada suatu periode
tertentu (mungkin setiap 1 tahun) kelompok-kelompok tersebut dinilai (dievaluasi).
Sekolah yang memiliki kemajuan dalam pendidikan berbasis TIK, kemudian diubah
kelompokknya ke model yang lebih tinggi.
3. Pengembangan Fundamental
Infrastructure. Komponen yang termasuk ke dalam infrastruktur mendasar, antara
lain:
a. Penyediaan media
Internet/Intranet.
Permasalahan utama dalam
penyediaan internet adalah memilih kanal komunikasi dan kapasistas bandwidth.
Pemilihan ini sangat terkait dengan model pembelajaran yang diselenggarakan dan
ketersediaan anggaran. Pembelajaran yang menggunakan tele-conference tentu
membutuhkan kapasitas bandwidth yang lebih tinggi dan anggaran relatif besar.
Untuk intranet, semasih jangkauan area jaringan masih dalam satu sekolah, media
komunikasi dapat menggunakan sistem peng-kabel-an.
b. Pengembangan LMS.
LMS adalah staf
administrasi-nya sistem pembelajaran berbasis TI, yang akan mengelola jalannya
proses belajar mengajar. LMS cukup
dikembangkan satu untuk semua sekolah karena karakteristiknya sama, sehingga
LMS lebih tepat dikembangkan oleh pemerintah (instansi terkait) kemudian
didistribusikan ke setiap sekolah.
c. Pengembangan Learning
Content dan Website Pembelajaran.
Learning content adalah isi
materi pelajaran, sedangkan situs website pembelajaran adalah tempat
mem-publish learning content di internet sehingga mudah terjangkau oleh
sekolah-sekolah (sama dengan situs e-dukasi.net). Berbeda dengan materi
pembelajaran konvensional yang mungkin perubahan kurikulumnya terjadi dalam
waktu 5 tahun, materi pembelajaran pada pendidikan berbasis TIK harus selalu
mengalami pengayaan dan pembaharuan, karena disini salah satu ciri khas
pendidikan ini. Disamping dengan cara melakukan eksplorasi materi pembelajara
di internet, Salah satu pendekatan yang dapat dilakukan untuk pengayaan dan
pengembangan learning content adalah meng-organize para guru yang memiliki
kompetensi di masing-masing bidang (mata pelajaran).
d. Penyiapan tools atau
aplikasi komunikasi untuk mendukung proses pembelajaran. Tools komunikasi
melipui tools untuk tele-conference, chatting, dan forum.
4. Pengembangan Virtual Laboratory.
Lab maya ini harus
dikembangkan secara terus menerus baik dari segi kualitas dan kapasitas. Sengaja
penulis menaruh virtual lab sebagai poin tersendiri disini (yang seharusnya
bagian dari learning content), sebagai bentuk penekanan khusus. Keberadaan
virtual lab sangat penting bagi sekolah-sekolah dan merupakan cara singkat
membangun lab dengan biaya yang jauh relatif lebih murah. Hampir semua mata
pelajaran dapat dibuatkan virtual lab-nya. Virtual lab dapat memberikan pemahaman
yang lebih komprehensif peserta terhadap materi pelajaran.
5. Percepatan penguasaan
TIK dikalangan pengajar (guru).
Para pengajar harus menguasai
TIK minimal TIK yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Bila pengajar tidak
menguasai TIK, hampir dipastikan pendidikan berbasis TIK tidak akan berjalan.
6. Penyediaan
Administrator TIK disekolah.
Administrator TIK disetiap
sekolah sangat dibutuhkan untuk maintenance teknologi informasi di sekolah.
Teknologi internet/intranet atau yang lainnya sewaktu-waktu dapat mengalami
permasalahan. Disinilah tugas dari seorang administrator TIK.
7. Merancang skenario
Evaluasi.
Evaluasi pelaksanaan sistem
pendidikan berbasis TIK harus jelas dan terukur. Evaluasi dapat dilakukan
setidak-tidaknya dengan mengukur 2 hal berikut ini.
a. Mengukur kepuasan
peserta ajar terhadap interaksi dan cara penyajian dari komponen pembelajaran
(LMS maupun materi pembelajaran)
b. Mengukur hasil
pembelajaran berdasarkan tingkat penyerapan peserta terhadap materi
pembelajaran.
Evaluasi juga dapat mengukur
tingkat penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan sehari-hari terhadap
pengajar dan peserta ajar. Dari sini akan dapat diketahui pengaruh sistem
pendidikan berbasis TIK terhadap tingkat literasi teknologi informasi
dikalangan sekolah.
8. Merancang skenario
Evaluasi.
Evaluasi pelaksanaan sistem
pendidikan berbasis TIK harus jelas dan terukur. Evaluasi dapat dilakukan
setidak-tidaknya dengan mengukur 2 hal berikut ini.
- Mengukur
kepuasan peserta ajar terhadap interaksi dan cara penyajian dari komponen
pembelajaran (LMS maupun materi pembelajaran)
- Mengukur
hasil pembelajaran berdasarkan tingkat penyerapan peserta terhadap materi
pembelajaran.
Evaluasi juga dapat dilakukan
untuk mengukur tingkat penggunaan teknologi informasi dalam kehidupan
sehari-hari terhadap pengajar dan peserta ajar. Dari sini akan dapat diketahui
pengaruh sistem pendidikan berbasis TIK terhadap tingkat literasi teknologi
informasi dikalangan sekolah.
Selain evaluasi yang berkaitan
dengan proses belajar mengajar di atas, evaluasi juga dapat dilakukan atas
dasar dukungan-dukungan sekolah yang ditulis diproposal dengan kenyataan yang
telah terrealisasi.
9. Pembentukkan Divisi
Pendidikan Berbasis TIK. Sebagai wujud keseriusan pemerintah dalam
mengembangkan pendidikan berbasis TIK, maka pemerintah (instansi terkait) harus
membentuk divisi pusat pengembangan pendidikan berbasis TIK atau devisi
e-edukasi baik ditingkat provinsi maupun kabupaten/kota.
VII.
Simpulan
Pengembangan pendidikan berbasis
TIK perlu menjadi pemikiran serius berbagai pihak, serta perlu strategi
terstruktur dengan tahapan yang terarah pasti menuju kepada upaya peningkatan
kualitas pendidikan yang berkesetaraan global sehingga pendidikan kita tidak
semakin terpuruk di antara kemajuan pendidikan di dunia yang sudah berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Harus ada skenario berjenjang dalam penerapan model pendidikan berbasis TIK
yang didasari atas kemampuan sekolah dalam menyerap dan mengimplementasikan teknologi
informasi dan komunikasi.
Perlu
adanya regulasi pemerintah yang mendorong iklim sekolah, guru, karyawan, siswa
agar mampu mengubah paradigma pembelajaran konvensional yang mutlak
mengandalkan guru, menjadi pembelajaran modern yang menempatkan guru sebagai
fasilitator dan motivator belajar, dan kemajuan teknologi informasi dan
komunikasi sebagai sarana belajar.
Secara
bertahap sekolah yang terlibat dalam pendidikan berbasis TIK harus meningkat
dalam pemanfaatan TIK untuk pembelajaran,
Perlu
komitmen kuat guru, sekolah yang kuat, yang dapat dilihat dari dukungan infrastruktur,
dukungan learning content, dukungan percepatan penguasaan TIK dikalangan
pengajar, dan dukungan staff administrator dari sekolah.
Perlu
dibentuk infrastruktur pendukung seperti divisi pusat pendidikan berbasis TIK,
baik pada tingkat provinsi, kabupaten, serta administrator di sekolah, untuk
mengorganisasikan penerapan sistem pendidikan berbasis TIK
Langganan:
Postingan (Atom)